Pintu Suci

istockphoto-653901850-612x612

Secara simbolis, Pintu Suci memiliki makna yang sangat besar karena mewakili simbol paling penting dari Tahun Suci, dan tujuan utama para peziarah adalah untuk melewatinya. Pembukaan pintu oleh Paus merupakan awal yang autentik dari Tahun Suci. Dahulu, hanya ada satu pintu yang berdiri di Basilika Santo Yohanes Lateran, yang merupakan katedral Uskup Roma. Baru kemudian basilika-basilika Romawi lainnya juga membuka pintu suci mereka untuk memberikan kesempatan lebih banyak kepada para peziarah untuk ikut serta dalam pengalaman Jubilee.

Ketika seorang peziarah melewati Pintu Suci, ayat dari bab 10 Injil Santo Yohanes terngiang di benak: "Akulah pintu. Barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat, dan ia akan masuk dan keluar serta menemukan padang rumput." Melewati Pintu Suci berarti seseorang berkomitmen untuk mengikuti dan membiarkan diri dipimpin oleh Yesus, Gembala yang Baik. Pintu yang dilalui untuk masuk ke gereja membawa seseorang ke hati gereja. Gereja, sebagai tempat suci bagi umat Kristiani, bukanlah sekadar tempat suci yang menuntut penghormatan, kesopanan, dan pakaian yang pantas; ia adalah simbol persatuan atau persekutuan bagi semua orang percaya dengan Kristus dan satu sama lain. Ia adalah tempat pertemuan dan dialog, tempat rekonsiliasi dan damai yang terbuka bagi para peziarah. Gereja, sebagai such, adalah perkumpulan orang-orang beriman.

Di Roma, pengalaman ini sangat berarti karena hubungan unik antara Kota Abadi dan Santo Petrus dan Paulus, para rasul yang mendirikan komunitas Kristen di Roma. Ajaran dan teladan mereka menjadi teladan bagi Gereja global. Makam Santo Petrus dan Paulus terdapat di Roma, tempat mereka dimartir; di sepanjang katakombe, situs-situs suci ini terus menginspirasi spiritualitas.