istockphoto-177497215-612x612

Perayaan jubilee mengajak kita untuk bepergian, melampaui batas-batas. Bepergian melibatkan perubahan tempat dan diri sendiri, sehingga memerlukan persiapan yang matang, perencanaan rute, dan tujuan yang jelas. Dalam perspektif ini, ziarah dari jubilee sebenarnya dimulai sebelum perjalanan itu sendiri, bahkan sejak keputusan untuk berangkat. Etimologi kata "ziarah" banyak mencerminkan makna aslinya yang masih relatif tidak berubah. Kata ini berasal dari bahasa Latin "per ager," yang berarti "melintasi ladang," atau mungkin dari "per eger," yang berarti "menyeberangi batas." Kedua akar kata ini menunjukkan betapa sensitifnya sebuah perjalanan, sebenarnya.

Abraham menceritakan perjalanannya sebagai berikut dari sudut pandang Alkitab: "Pergilah dari negerimu, sanak saudaramu, dan dari rumah ayahmu." Dengan perintah ini, Abraham memulai perjalanannya yang pada akhirnya membawanya ke Tanah Terjanji, di mana ia dikenal sebagai "orang Aram yang mengembara." Dalam konteks yang sama, pelayanan Yesus dapat disebut sebagai sebuah perjalanan, yang dimulai dari Galilea hingga ke Kota Kudus, Yerusalem… "Ketika waktu telah dekat bagi Yesus untuk diangkat ke surga, Ia menetapkan hati-Nya dan berangkat menuju Yerusalem" (Lukas 9:51). Dialah yang meminta murid-murid-Nya untuk berjalan di jalan ini dan kini mengajak orang lain untuk mengikuti-Nya, yaitu orang-orang Kristen, yang diwajibkan untuk menempuh jalan ini, melakukan perjalanan ini setelah-Nya.

Perjalanan ini secara perlahan mematangkan potensinya, menawarkan berbagai arah untuk diikuti dan ruang-ruang yang perlu diungkap, terdiri dari situasi konkret, momen-momen pendidikan, ritus-ritus suci, dan tindakan-tindakan liturgi. Namun, selain pengalaman ini, yang lebih penting adalah rekan-rekan seperjalanan kita yang menawarkan wawasan baru dan perspektif alternatif. Yang paling penting, dengan memandang ciptaan, kita dapat memahami bahwa merawat lingkungan adalah "ungkapan esensial dari iman kita kepada Allah dan ketaatan kita kepada kehendak-Nya" (Paus Fransiskus, Surat untuk Jubilee 2025). Ziarah menciptakan kemungkinan untuk pertobatan, membentuk kembali diri seseorang menuju kekudusan Allah. Dalam hal ini, keanekaragaman antar-ziarah juga menjadi bagian dari kondisi bersama pria dan wanita yang karena berbagai alasan harus meninggalkan tempat tinggal mereka dalam pencarian kehidupan bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka.